# #

Saturday, March 19, 2011

Waspadai SUPERMOON 19 Maret akan terjadi di Indonesia




Peristiwa alam yang langka pada malam 19 atau 20 Maret di Indonesia, akan membuat purnama tampak lebih besar. Saat itu, bulan akan terlihat 7 persen lebih gemuk dari biasanya.


Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan, pembesaran bulan itu akan tampak biasa saja jika dilihat dengan kasat mata. Tapi dengan teleskop, perbedaan ukuran bulan itu akan terlihat. "Sekitar 7 persen lebih besar dari purnama biasa," ujarnya, Rabu (16/3).

Fenomena itu akibat bulan yang tengah mencapai puncak purnama sedang dalam jarak terdekatnya dengan bumi. Dalam istilah astrologi, kejadian itu disebut super moon. Kejadian langka itu hanya berulang setiap 18 tahun sekali.

Berdasarkan data astronomi, pada Sabtu, 19 Maret pukul 19.10 GMT atau Ahad, 20 Maret pukul 02.10 WIB, jarak bulan dengan bumi sejauh 356.577 kilometer. Jarak terjauh bulan dengan bumi yang terjadi pada Desember mendatang terentang 364 ribu kilometer. Adapun puncak purnama akan terjadi satu jam sebelumnya, pada 19 Maret pukul 18.11 GMT atau 20 Maret pukul 01.11 WIB.


Selain terkesan seperti membesar, fenomena supermoon perlu diwaspadai karena efek pasang surut laut akan menguat. Nelayan dan warga pesisir diminta berhati-hati karena potensi banjir pasang (rob) diperkirakan bakal lebih besar dari biasanya. Djamaluddin meminta nelayan tidak melaut jika pasang tinggi yang disertai cuaca buruk. 



BERITA TERKAIT:
SUPERMOON PENYEBAB BENCANA TERBESAR


Spoiler for Option
19 Maret 2011, bulan akan tampak sangat besar daripada biasanya. Karena berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi, hanya sekitar 221.567 mil atau 356.578 kilometer. Dan hal ini pernah terjadi dalam kurun waktu 18 tahun terakhir.Fenomena mendekatnya bulan ke bumi tersebut disebut 'lunar perigee'. Tapi ada juga astrolog yang menyebutnya 'supermoon'.

Isu Supermoon kini mengemuka di sejumlah media terkemuka internasional. Apalagi, fenomena itu dikait-kaitkan dengan ancaman sejumlah bencana seperti gelombang pasang, letusan gunung berapi, bahkan gempa bumi.

Para penganut teori konspirasi bahkan mengatakan, tsunami Aceh 2004 yang merenggut lebih dari 200 ribu nyawa terjadi dua minggu sebelum supermoon 2005. Begitu juga dengan bencana angin siklon Tracy yang menyapu Darwin Australia di tahun 1974.

Lalu, apakah benar supermoon akan membawa bencana bagi bumi? Astronom Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, berpendapat: "Kabar menghebohkan itu tidak ilmiah, ada bumbu-bumbunya. Supermoon tidak berarti bencana,".

Ia pun menambahkan, bahwa posisi bulan mendekati bumi, hanya akan berpengaruh pada efek pasang surut. Rata-rata maksimal tergantung kondisi pantainya. Fenomena lunar perigee bukanlah hal yang istimewa. "Itu hanya posisi reguler. Orbit benda langit memang ada di jarak terdekat (perigee) dan terjauh (apogee),".

Namun, Thomas juga mengakui fenomena yang akan terjadi seminggu lagi itu tak biasa. "Istimewanya, kebetulan waktunya dekat dengan bulan purnama," kata Thomas. Dijelaskan pada 19 Maret, fenomena lunar perigee yang memiliki siklus sekitar 27,3 hari terjadi bersamaan dengan bulan purnama yang muncul tiap 29 hari.

Selama terjadi lunar perigee dan purnama, permukaan bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari bulan purnama.

Pendapat Thomas senada dengan para astronom lainnya. Pete Wheeler dari International Centre for Radio Astronomy juga membantah anggapan bahwa supermoon bakal membawa bencana. "Tak akan ada gempa bumi atau gunung meletus," kata dia seperti dimuat News.com.au, Jumat, 4 Maret 2011. "Kalau memang itu terjadi, itu sudah ditakdirkan."

Kata dia, saat itu bumi memang akan mengalami pasang lebih tinggi dan surut lebih rendah dari biasanya. "Tak ada yang perlu dikhawatirkan," tambah Wheeler.

Sementara itu, pakar bumi dan planet dari Adelaide University, Dr. Victor Gostin punya pendapat agak berbeda. Dia mengatakan, selama ini prediksi cuaca, gempa, gunung meletus, dan bencana alam lainnya berdasarkan konfigurasi planet tidak pernah akurat sepenuhnya. Namun, menurut dia dimungkinkan ada suatu korelasi antara gempa bumi berskala besar di dekat katulistiwa dan kondisi bulan. "Analoginya seperti pasang surut air laut, pergerakan bumi akibat gravitasi bulan bisa memicu gempa bumi."


Supermoon 
merupakan kondisi saat bulan berada di titik terdekat dengan bumi. Menurut ahli geofisika USGS, John Bellini, banyak orang mengaitkan Supermoon dan bencana alam yang baru-baru ini terjadi, seperti gempa dan tsunami di Jepang. Namun, USGS membantah adanya hubungan antara gempa 11 Maret tersebut dan Supermoon. Supermoon akan terjadi pada tanggal 19 Maret, ketika bulan berada pada titik orbit terdekat - lunar perigee - dan terjadi purnama.


Sebelumnya, sejumlah peramal mengaitkan bencana alam dengan fenomena ini, kendati para seismolog tidak menemukan bukti untuk percaya bahwa Supermoon meningkatkan aktivitas seismik. “Bukti terbaik bahwa gempa ini bukan disebabkan oleh Supermoon adalah bahwa hal itu terjadi sekarang, bukannya saat Supermoon terjadi”. tambahnya.

“Gempa Jepang sendiri terjadi saat matahari dan bulan pada posisi tak selaras- saat gaya pasang surut pada posisi paling lemah. Jadi gempa ini terjadi seminggu sebelum Supermoon, dan semuanya hanya kebetulan belaka. Sebagian besar gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi dan bencana alam tidak mengikuti siklus bulan. Ini adalah sesuatu teori yang dibangun di atas ratusan tahun lalu," kata Bellini.

SUMBER:http://www.tempointeraktif.com/hg/ip...320491,id.html

No comments:

Post a Comment